Chapter 1
.
.
L.O.V.E (Lust, Obsession, Victim, Ego)
Naruto Belong Masashi Kishimoto
Rated M-MA
Genre : Romance, Hurt/comfort, Tragedy,
Crime, Lemon, Sligh Yuri
.
.
Kita pasti mempunyai sesuatu yang kita inginkan
di dunia ini, walaupun sesuatu itu belum tentu
pasti kita dapatkan. Sekeras apapun kita berusaha
untuk mempertahankan apa yang sudah menjadi
milik kita, kalau Tuhan sudah berkata tidak…
maka sesuatu yang menjadi milik kita itu harus
kita lepaskan bukan? Bagaimana kalau kita
menentang Tuhan?
"Aahh~ hhnn~ Aaangh!"
Suara gesekan selimut terdengar menyelimuti
ruangan yang gelap ini, di atas ranjang
berukuran king size, dua sosok insan yang kini
sedang memadu cinta mereka mengabaikan
sinar bulan yang mungkin tidak pernah lelah
menyinari kegiatan mereka yang hampir tiap
malam di lakukan. Peluh keringat menetes dari
pelipis sang lelaki yang terus memaju
mundurkan pinggulnya. Di sambut dengan
pelukan yang erat oleh sang wanita yang kini
meminta lebih.
"Sa-Sasuke~ kun~ le-lebiih dalaam! Aaaahnnn!
Aaaahh~ lebih ce-aaah cepaaat~"
Laki-laki yang di panggil dengan sebutan Sasuke
itu mempercepat gerakannya, memberikan
kepuasan untuk wanita yang kini dia kecup pucuk
kepalanya. Sambil mendekap erat kepala wanita
itu di dadanya yang bidang.
"Aah~ Sakura… a-aku~"
"Hyaaaa! Aaaaaaahhhnnn! Sasukeeeee!"
Dengan satu tusukan yang dalam dan kencang,
Sasuke mengeluarkan cairan benihnya di dalam
tubuh wanita yang bernama Sakura itu. Tidak
khawatir akan membuahi hasil, karena sang
wanita selalu menelan pil pengontrol kelahiran.
Mengatur nafas, itulah yang mereka lakukan
sekarang. Mata emerald milik wanita berambut
pink itu terlihat sayu, pemuda ini pun
menyadarinya.
"Tidurlah, aku akan terus di sini."
"Tidak mau, nanti pasti kamu tiba-tiba pergi lagi,
kita sudah tidak bertemu seminggu lebih," ucap
manja Sakura yang memeluk tubuh atletis milik
Sasuke… kekasihnya itu.
"Aku sangat suka saat kau manja seperti ini,
jarang sekali kau manja padaku," sambil
membelai rambut favoritnya, Sasuke menatap
wanitanya itu.
Wanita? Tentu saja kita menyebutnya wanita,
walaupun umur perempuan ini masih 15 tahun,
karena kalau kita menyebutnya gadis… itu sudah
tidak pantas bukan?
"Apa hari ini ada pekerjaan itu lagi?" tanya Sakura,
membangkitkan tubuhnya dan membelai pipi
Sasuke.
"Ya, maaf yah, aku tidak bisa membiarkan
mereka melakukan aksi itu sendirian."
"Ng, jangan sampai terbu-"
"Tidak akan," Sasuke memotong, "Aku sudah
jauh sampai sini hanya untukmu."
Percakapan mereka tertutup dengan Sakura yang
mencium Sasuke.
.
.
Pagi hari yang cerah, di sebuah mansion yang
besar dengan lokasi taman yang luas, anjing
penjaga terdapat di setiap sudut, pagar berduri
pun mengelilingi mansion itu. Sekilas mungkin
orang akan mengira itu adalah sebuah penjara,
tapi kalau diperhatikan dengan seksama, mansion
itu sangat indah. Karena taman yang luas itu
dikelilingi oleh bunga-bunga indah yang terawat,
kolam ikan yang jernih serta pancuran air
mancur kecil yang terdapat di tengah-tengah
pintu masuk. Di taman belakang ada sebuah
gazebo yang khusus dibuat untuk menikmati
hidangan teh sambil memandangi pemandangan
indah.
Siapa yang merawat itu semua?
Terlihat sosok wanita berambut merah muda
panjang sepinggang, memakai rok mini dan kaos
putih, topi dan membawa selang. Wanita itu
sedang menyiram tanaman di sekitar taman.
Sambil bersenandung di pagi hari dan di temani
oleh salah satu anjing penjaga yang berjenis
Doberman.
Melihat ada sosok yang datang mendekat, anjing
itu dengan inisiatif meninggalkan orang yang
sudah dianggapnya sebagai tuan putrinya
sendiri.
"Pagi," ucap orang itu sambil memeluk sang
wanita dari belakang.
"Pagi Sasuke-kun, hari ini kau upacara kelulusan
kan?"
"Ya, tapi aku malas datang, aku masih ingin
bersamamu," jawab Sasuke sambil
membenamkan wajahnya di leher Sakura.
"Heeiii, kamu harus datang, kasihan Naruto-san,
Neji-san dan Shikamaru-san."
"Berhentilah memanggil mereka dengan sebutan
'san', kau ini seumuran dengan kami, Sakura."
"Ehm, tapi-"
"Tidak ada tapi, mulai saat ini, tidak ada embel-
embel 'san', mengerti?"
"Ta-"
"End of discussion, Sakura," Sasuke mencium
Sakura dari belakang, ciuman yang sangat
lembut dan bergairah, "Aku akan pulang cepat."
"Ng, aku tunggu, selamat jalan."
Sebelum pergi, Sasuke mengecup kening
wanitanya itu. Saat Sasuke berjalan
membelakangi Sakura, mata emeraldnya
menatap lembut sosok itu, "I love you."
.
.
"TEMEEEE! Akhirnya kita luluuuuusss,
meninggalkan masa-masa smp yang
membosankaaaaaaaan!" pemilik suara nyaring itu
sudah di pastikan kita tahu semuanya, siapa lagi
selain Uzumaki Naruto, yang kini sedang
memeluk sahabat dekatnya ini.
"Jauh-jauh dariku, Dobe!"
"Untung kita satu sma nanti, kalau tidak mungkin
aku akan merindukan pemandangan ini, hahaha."
"Diam kau, Neji," desis Sasuke, "Kau sendiri apa
tidak masalah pisah dari Tenten?"
"Neji sih tidak masalah, karena dia bisa mencari
selingan lagi, ya kan?"
"Jangan merusak imej-ku Karin, dari dulu sampai
sekarang aku hanya memandang satu wanita
saja kok."
"Oh ya? Setahuku Tenten itu gadis polos yang ke
10, kan?"
"Ck! Omongan kalian tak berkelas, kenapa kita
tidak membicarakan target kita selanjutnya saja
sih?"
"Shikamaru, kalau memikirkan it uterus kau bisa
cepat tua, carilah pasangan di sma nanti, atau
jangan-jangan kau homo?" ejek Naruto.
"Diam kau, pirang bego!" cela Shikamaru sambil
berlalu.
"Nanas busuk!" balas Naruto menjulurkan
lidahnya.
"Ng, Sasuke," panggil Karin, "Di sma nanti, apa
kau tidak berniat untuk mengizinkan Sakura
sekolah?"
Ok, pertanyaan Karin kini membuat Neji, Naruto
dan Shikamaru yang bertampang canda berubah
menjadi melirik Sasuke dengan ekspresi serius.
"Haruskah?" utar Sasuke dengan santai.
"Mau sampai kapan kau mengurungnya?" tanya
Karin dengan nada pilu.
"Benar, Teme…" kini Naruto yang ikut campur,
"Kau sudah cukup lama mengurungnya sejak
kejadian itu."
"Diam! Kalian tahu kan, berapa banyak pejabat
yang menyewa orang untuk menculik bahkan
sampai mencoba utnuk menyelakainya hanya
karena mengincarku?"
"Kami tahu, tapi setidaknya… berikan Sakura
nafas, apa kau tega melihatnya selalu berada di
dalam mansionmu? Ini sudah 5 tahun, Sasuke,"
ujar Shikamaru.
"Aku tahu, sebenarnya ada hal lain yang kau
takutkan kan?" tebak Karin, "Kau takut kalau
mengeluarkan Sakura, dia bisa melihat dunia
lebih luas lagi, dan suatu saat dia akan mencintai
orang la-"
Clek.
Ucapan Karin terputus, mata Shikamaru, Neji dan
Naruo pun terbelalak ketika melihat tindakan
Sasuke sekarang yang sedang menodongkan
pistolnya tepat di kepala Karin, "Sekali lagi kau
mengatakan hal itu, akan kupastikan lubang yang
rapi akan terukir di kepalamu."
"O-Oi, Teme… kita kan satu tim, jangan asal main
todong begitu dong, yah… turunkan
senjatamu…" bujuk Naruto memegang lengan
Sasuke pelan-pelan. "Bisa gawat kalau orang lain
lihat."
Sasuke menurunkan lengannya dan pergi
berjalan lebih cepat meninggalkan teman-
temannya, Shikamaru menatap Karin yang kini
menunduk sedih, "Kau melontarkan kata-kata
kramat, Nona."
"Aku tahu… aku hanya ingin Sakura bebas kok,"
gumam Karin.
.
.
BRAK!
Sasuke membanting pintu, direbahkan tubuhnya
di atas kasur yang begitu luas. Menutupi
wajahnya memakai salah satu lengannya,
mengingat kembali kalimat Karin yang
membuatnya kesal. Bukannya Sasuke tidak
mengizinkan Sakura keluar, dia hanya khawatir
kalau kejadian 5 tahun yang lalu akan terulang
kembali. Dan walaupun ucapan Karin tadi ada
benarnya, Sasuke benci mengakuinya… bahwa
Karin dapat membaca jalan pikirannya.
Sasuke mendengar suara pintunya terbuka, dia
tidak perlu membuka mata dan menyingkirkan
lengannya untuk melihat siapa yang datang.
Karena satu-satunya yang berani memasuki
kamarnya tanpa mengetuk hanyalah dia… Sakura
Haruno… kekasihnya.
"Apa yang terjadi? Aku mendengar pintumu
ditutup dengan kasar," tanya Sakura dengan
lembut, duduk di samping pemuda itu dan
membelai rambut raven-nya.
Sasuke membalikkan tubuhnya, meletakkan
kepalanya di atas paha Sakura, memeluk
pinggang wanita itu dan bergumam, "Apa aku
mengekangmu?"
"Tidak, aku bahagia kok di sini."
Sasuke terdiam, tidak ada nada kebohongan
yang terdengar di jawaban Sakura.
"Bagaimana tadi upacara kelulusannya?"
"Membosankan."
Masih dalam posisi tadi, Sasuke berpikir, setiap
Sakura bertanya tentang apa kegiatan Sasuke,
tidak sekalipun Sasuke mendengar Sakura
meminta untuk keluar dan mengatakan mau
melihat apa yang Sasuke lihat, merasakan apa
yang Sasuke rasakan. Mungin Sasuke memang
kejam, membiarkan perempuan berumur 15
tahun terkurung di dalam mansion yang luas
seperti ini, dan hanya di temani oleh beberapa
pelayan, anjing penjaga dan tanaman-tanaman
yang sengaja di rawat oleh Sakura sendiri.
Sasuke memejamkan matanya, entah keputusan
yang dia ambil ini akan berdampak buruk atau
tidak, yang jelas dia hanya ingin membahagiakan
kekasih yang merupakan juga teman kecilnya ini,
Sasuke hanya ingin melihat senyum bahagia
yang sudah hilang sejak 5 tahun yang lalu. Bukan
senyum palsu yang selalu dia tunjukan setiap
harinya ini.
"Sakura."
"Ng?"
Sasuke mengangkat tubuhnya dan menatapnya,
"Apa kau mau sekolah?"
Sakura mengedipkan matanya berkali-kali,
berusaha mencerna tawaran ajaib yang baru saja
Sasuke lontarkan, "maaf, bisa kau ulangi lagi?"
"Sekolah… apa kau mau?"
Dengan ekspresi terkejut, Sakura mengangguk
ragu, dan Sasuke berucap, "Tapi dengan satu
syarat."
"Jangan pernah lepas dari sisiku."
Sakura tersenyum lembut,"apapun yang terjadi,
Sasuke-kun… aku tidak akan pernah
meninggalkanmu, aku sudah bilang padamu, aku
ini-"
"Milikku," potong Sasuke sambil langsung
memeluk tubuh Sakura, "Dan aku adalah
milikmu."
"Ng," Sakura memejamkan matanya di dalam
pelukan Sasuke, "Sebenarnya ada apa? Kenapa
tiba-tiba?"
"Tidak ada apa-apa, aku hanya berpikir akan lebih
menyenangkan kalau kita bisa bersama di
sekolah," jawab Sasuke.
"Dasar aneh, kita kan akan selalu bersama."
"Ya, selalu."
Sasuke mencium Sakura, di respon bagus oleh
Sakura yang kini bangkit dan duduk di pangkuan
Sasuke. Sambil berciuman, tangan Sasuke mulai
nakal, di raba dada Sakura yang kini sudah sedikit
menegang. Sakura pun menggesekkan tangan
kirinya pada kejantanan Sasuke.
"Kau tahu," ucap Sasuke di sela-sela ciuman, "Kita
bisa diam-diam melakukan ini di koridor nanti."
"Aku mau melakukannya di ruang lab," Sakura
me-request.
"Di manapun, akan kuturuti."
"Aaahh~" tangan Sasuke mulai masuk ke dalam
rok Sakura, mencari sesuatu yang akan
membuat Sakura mendesah hebat.
"Aaaahnnnnnn!" ketemu. Sasuke terus
menggoyangkan klitoris Sakura, dan sesekali
memasukkan jari telunjuknya ke dalam
kewanitaan-nya.
"Aaaahhhn~ nnggghhh~"
Mendengar Sakura mendesah hebat membuat
kejantanan Sasuke langsung mengeras, dan itu
bisa Sakura rasakan karena saat ini Sakura
sedang menggenggam kejantanannya.
"Aahh~" Sakura paling suka mendengar desahan
Sasuke, terdengar sangat seksi. Padahal biasanya
yang Sakura dengar dari Sasuke hanyalah suara
bentakan untuk Naruto dan cara ngomongnya
yang datar itu.
Di saat-saat moment yang panas, hp Sasuke
berbunyi, bunyi ring tone yang sengaja di setting
khusus untuk emergency.
"S-Sasuke-kun… hp…"
"Biarkan saja," gumam Sasuke kembali mencium
Sakura.
Merebahkan tubuh Sakura dan menciumi setiap
lekuk tubuh wanita itu adalah kegiatan yang
sangat Sasuke sukai, tapi suara dering hp
mengganggu pikiran Sakura. Karena itu Sakura
memutuskan untuk meraih hp yang berada di
atas mega, di samping kasur. Dapat, Sakura
mengangkatnya.
"Halo?"
"Loh? Sakura-chan? Apa Teme ada?"
"Naruto-san?"
Mendengar Sakura memanggil nama laki-laki lain
di pertengahan kegiatan mereka membuat
Sasuke cemburu, akibatnya kini Sasuke menjilat
kasar kewanitaan Sakura, menyebabkan Sakura
mendesah tiba-tiba, "Aaaahhhnnn! Aahhh~
nngghhh~"
"S-Sakura-chan? Kamu kenapa?"
"Aaahhh~ Sa-Sasuke-kuunnhhh~
aaaaaahhhhhh!"
Sasuke sukses membuat Sakura klimaks hanya
dengan jilatannya, sambil menyeringai licik,
Sasuke menjilat cairan yang bertumpahan di
bibirnya. Setelah mencium kening Sakura,
Sasuke meraih hp yang dari tadi di genggam
Sakura, "Ada apa, Dobe?"
"Ah? Ehm… anu… sepertinya aku mengganggu
yah?"
"Sangat."
"Hahaha, dasar kau! Oh iya, kita dapat Red Mail
lagi nih, target kita selanjutnya adalah pejabat
yang memakan uang rakyat, dasar pemerintahan
tidak berguna yah, bukannya menangani sendiri,
malah meminta tolong orang seperti kita."
"Untuk itulah kita membentuk tim ini kan?"
"Itu tujuan kami, tapi kau kan beda, heh! Kau ini,
kita semua ini tinggal satu mansion, tapi kenapa
untuk menemuimu saja harus susah banget sih!"
"Kapan kita laksanakan?" tanya Sasuke
mengabaikan protes Naruto.
"Malam ini jam 11, nah sekarang kau puas-puasin
deh dengan Sakura-chan, maaf yah
mengganggu, daaah."
Klik.
"Red Mail lagi?" tanya Sakura.
"Hn," Sasuke menutup hp flipnya dan melempar
kesembarang arah, Sakura memiringkan
kepalanya seolah bertanya apa yang dipikirkan
Sasuke sekarang.
"Sepertinya aku tidak akan mengikut sertakan
Karin malam ini."
"Kenapa? Bukankah dia sniper handal?"
"Aku masih punya Shikamaru, aku akan
menyuruh Karin menemanimu malam ini."
"Oh begitu, okay."
"Boleh kita lanjutkan?" tanya Sasuke sambil
menyeringai.
"Apakah aku bisa menolak?"
"Tentu saja tidak."
Dan mereka pun mekanjutkan kegiatan yang
tertunda tadi.
.
.
Empat sosok yang memakai coat serba hitam
kini berdiri di depan pagar mansion kediaman
Uchiha, dengan coat panjang menutupi dari leher
ke batas hidung, sampai tumit kaki. Mereka
bersiap-siap akan melakukan kegiatan rutin
sebagai profesi mereka, elite assassin. Bukan
sembarangan pembunuh bayaran yang bisa di
sewa begitu saja, mereka mempunyai tujuan
khusus kenapa membentuk tim ini. Tentu saja
tim ini illegal, pihak polisi pun tidak tahu siapa
lima sosok berjubah hitam ini.
Tapi pihak polisi merasa lega dengan adanya
kelompok yang di juluki sebagai elite assassin.
Karena mereka membunuh pejabat-pejabat
korup atau yang berhubungan dengan
pemerintahan. Para pengirim Red Mail yang
artinya surat permintaan sendiri adalah dari pihak
pemerintah. Tim yang di pimpin oleh Sasuke ini
mau memenuhi permintaan mereka dengan dua
syarat, satu adalah dengan bayaran yang
setimpal, kedua… harus ada simbiosis
mutualisme yaitu informasi tentang laki-laki yang
selama ini Sasuke cari. Yang merupakan salah
satu tokoh penting di pemerintahan Jepang, yang
membuat masa kecil Sasuke dan Sakura kelam.
"Sudah siap?" tanya Sasuke.
"Sip, persiapan beres!" jawab Naruto sambil
memakai sarung tangan hitam dan kupluknya.
Mereka memasuki mobil sedan hitam dan pergi
menuju lokasi. Sementara itu, Sakura yang kini
menatap bulan di sisi jendela kamarnya hanya
bisa berdoa agar mereka bisa pulang dengan
selamat.
"Sakura, sudah malam, saatnya tidur," ujar Karin
yang di perintahkan untuk menjaganya.
"Apa mereka akan baik-baik saja? Aku ingin
membantu."
"Cukup dengan menyapanya pulang dengan
senyumanmu, itu sudah sangat membantu kok,"
ujar Karin menuntun Sakura kembali ke kasur.
"Karin, apa aku menyusahkan kalian?" tanya
Sakura yang mulai tidur sambil di selimuti oleh
Karin.
"Tidak, justru kaulah penyelamat kami, sudah
sepantasnya kami melindungimu."
"Aku suka kalau Karin menemaniku tidur, seperti
di temani oleh sosok kakak," gumam Sakura
dengan mata yang sayu.
"…" Karin tidak tahu harus berekspresi apa,
haruskan dia senang dengan pernyataan Sakura
yang menganggapnya kakak? Sementara
hatinya… jauh di dalam hatinya… Karin
menginginkan lebih, "Tidurlah."
.
.
Seringai terlukis di wajah salah satu dari anggota
elite assassin, laki-laki ini sangat semangat kalau
harus membunuh orang yang pemakan uang
rakyat, dia sangat membenci pejabat-pejabat
busuk yang tidak mementingkan rakyatnya
sendiri. Padahal rakyat berharap besar pada
mereka, tapi mereka lepas tanggung jawab.
Sampai akhirnya harus ada jatuh korban. Apalagi
pejabat yang juga menyandang sebagai
pengusaha, sesama saingan saling menjatuhkan,
sampai akhirnya yang kalah jatuh, memaksa
meminjam uang sampai berhutang, tidak bisa
bayar hutang, maka seluruh rumah di sita,
sampai akhirnya terjadi pembunuhan.
"Bidik kepalanya, jangan sampai meleset,"
perintah Sasuke pada Shikamaru yang sedang
membidik target.
Saat ini mereka sedang berada di atas seberang
gedung apartemen di mana tempat pejabat itu
sedang bercinta dengan selingkuhannya. Neji
yang sedang melihat memakai teropong merasa
jijik dengan apa yang dia lihat.
"Neji, gentian dong," pinta Naruto, saat Naruto
melihatnya, "Waah, Shikamaru, tembak saja dulu
kemaluannya itu, baru tembak kepalanya."
"Usul yang bagus," sambung Sasuke.
"Apa kita juga membunuh wanitanya?" tanya
Neji.
"Jangan, dia tidak bersalah apa-apa," jawab
Naruto masih sambil mengawasi adegan bercinta
yang panas itu, "Sial, permainan orang tua itu
oke juga."
"Heh? Jangan bilang kau terangsang hanya
dengan melihat itu?" ejek Sasuke.
"Tidak! Enak saja!" tentu saja Naruto sudah
terangsang sejak dia mendengar desahan Sakura
di telepon, tapi dia tidak mungkin kan
mengatakan hal itu pada Sasuke, bisa-bisa bukan
orang itu yang di tembak, malah dia yang mati.
"Bisa diam sebentar? Kalian mengganggu
konsentrasiku," ucap Shikamaru.
Keadaan diam dengan sendirinya, Shikamaru
membidik sambil merasakan ketentuan arah
angin agar pelurunya tidak meleset, sangat
mudah bagi laki-laki yang sudah biasa melakukan
tembak jarak jauh ini. Merasa sudah dapat feel
nya, Shikamaru menarik pelatik, dengan mulus
peluru itu tepat mengenai sasaran yaitu kepala
laki-laki tua.
Melihat sang wanita yang menjerit dari kejauhan,
Naruto, Neji, Sasuke dan Shikamaru hanya
menyeringai seolah puas dengan apa yang
mereka kerjakan. Shikamaru berdiri dan
meletakkan senapan di bahunya, mereka saling
tatap dan menyatukan kepalan mereka satu sama
lain sambil berucap, "Mission complete."
6 komentar:
waaaahhh bagus juga critanya....
saya suka-saya suka
Bagusss:-)
Bagusss:-)
bagus ceritanya.......
tapi ngantung?
Bagus nih ceritanya, mungkin mau dilanjut
Masih gantung nihh, dilanjut dong kaa👍
Posting Komentar