Total Tayangan Halaman

01/06/12

Bau Kaki Kakuzu

Pagi ini akatsuki semangat banget mengepak
barang masing-masing. Mereka rusuh seradak-
seruduk lemari nyari baju yang bagus.
Ngerusuhin kamar sendiri cuma buat
memastikan nggak ada barang yang ketinggalan.
Emangnya mereka mau kemana sih?
Mereka mau ke—
—Terans Setudio.
Terans Setudio? Bagi yang nggak tahu, itu adalah
taman bermain indoor dengan berbagai macam
wahana. Letaknya agak jauh dari Otogakure—
desa tempat anggota Akatsuki bernaung. Tapi
dapat ditempuh dalam waktu dua jam dengan
menggunakan getek—eh maksudnya mobil.
Bahkan bisa setengah jam kalau memakai truk
abri yang ada atapnya dengan kecepatan jet. Dan
seperti biasa, urusan uang-peruangan udah jadi
tugas Kakuzu yang paling utama.
.
.
.
"Pein, panasin mobil gih!" titah Itachi yang masih
sibuk mengemas peralatan krim anti kerutnya.
Konan disebelahnya risi ngeliatin. 'Mau sampai
kapan numpang ngaca di meja rias gue?'
begitulah batin Konan.
Pein yang masih asik gelundungan di sofa
menaikkan alisnya. "Kenapa nggak lu aja?"
nadanya menantang.
"Males." Jawab Itachi pendek sambil memeletkan
lidah pada Pein. Pein geregetan pengen nabok.
"Eh Konan, sisirin rambut gue dong!" pinta Itachi
yang langsung memalingkan wajah ke arah
Konan.
Konan bergidik. "Ogah, ah!" tolak Konan sembari
mundur menjauh. Bisa-bisa wibawa Konan
minus seribu disuruh-suruh sama nih Uchiha
sulung. Itachi cemberut masam.
Pein nyengir kemenangan.
"Diem lu, dasar ketua bokep!" Itachi mengumpat.
Karena nggak ada yang mau disuruh panasin
mobil, maka—
"Kita jan-ken-pon aja, un!" Usul Deidara. Sasori
langsung jitak Deidara. Partnernya kok begonya
gak ilang-ilang sih.
"Kelamaan, dodol! Tar gue dikutuk Dewa Jashin
kalo nggak berangkat-berangkat!" Hidan
berceloteh ngalor-ngidul.
"Nggak nyambung lu ah," Kakuzu geleng-geleng.
"Kisame-senpai! Ikan-nya jangan dibawa!" Tobi
mulai protes saat liat Kisame bawa-bawa ikan.
Masalahnya kalo ikannya doang sih gak papa, ini
dia bawa sama akuarium-akuariumnya segala!
Lengkap dengan kerikil-kerikil penghias plus
tanaman-tanaman bohongannya.
Duh, Kisame gilanya kumat.
Zetsu sih tenang-tenang aja. Dia selonjoran deket
meja sambil ngangguk jedak-jeduk dengerin lagu
pake headset.
"SIAPAPUN CEPETAN NYALAIN MOBIL KALO
ENGGAK KITA BATAL PERGI!" Konan ngamuk-
ngamuk.
Semua anggota Akatsuki tercekat. Mereka
menelan ludah masing-masing. Nih cewek
coretcantik-cantikcoret, kok sangarnya kayak
kingkong ye? Begitu batin mereka.
Akhirnya setelah ngerusuhin markas, mereka
langsung masuk mobil. Mereka naik mobil van
gitu. Pein duduk dibelakang kemudi, sementara
Konan duduk disebelahnya. Di kursi belakang ada
Sasori, Deidara, Tobi, lengkap dengan Zetsu.
Sementara dibelakang, ya sisanya. Si Hidan,
Kakuzu, Kisame, sama Itachi.
Mobil mulai melaju, dan pelancongan Akatsuki
dimulai!
.
.
.
"Pada bawa makanan nggak?" Sasori nanya.
Rupanya nih bocah udah kelaperan abis mainan
boneka-bonekaan didalem mobil.
Deidara melirik Sasori sekilas. "Danna—" Baru
mau ngomong, udah dipotong si Tobi.
"Tobi punya, senpai!" seru Tobi semangat sambil
ngerogoh-rogoh kantongnya. Deidara manyun
gara-gara omongannya kepotong.
"Mana?" Zetsu ikut ambil andil. Perutnya juga
udah keroncongan.
"Taraaah!" Setelah berhasil merogoh kantongnya,
Tobi mengeluarkan—lollipop.
Iya, permen loli. Mana bentuknya segede alaihim!
Warnanya juga norak, bikin mata orang katarak.
"Nih senpai!" Tobi dengan rasa baik hati—
menyodorkan sebatang permen itu pada Sasori
yang duduk paling ujung.
"Danna nggak suka manis un, dia nggak suka
begituan." Potong Deidara cepat sambil melipat
tangan didadanya. Zetsu juga ikut-ikutan ngelipet
tangannya.
"Cie, Dei cemburu!" seru Kakuzu ngomporin dari
belakang. Disusul suara suit-suitan yang dibuat
Kisame dan Hidan berbarengan.
Deidara menoleh sengit. "Sialan un," umpatnya
sambil mencoba menjitak Kakuzu yang jadi
provokator mencie-ciekan dirinya.
"Bisa diem nggak?" Itachi mulai terganggu.
Keasyikannya menyisir rambut terusik oleh
makhluk-makhluk dari dimensi lain ini yang mulai
rusuh.
"Selo dong om," Sasori ikutan ngedumel. Konan
yang daritadi udah ngeluarin aura hitam, nengok
dari balik kursi jok-nya.
"Hai semua—" Konan bersuara dengan senyum
yang dipaksakan. Wajahnya terkesan aneh
dengan aura hitam menguar dibalik
punggungnya. Si Ketua bokep malahan udah
mengkerut ditempat. "Bisa diem nggak?" lanjut
Konan lagi—senyumnya makin lebar.
Hening.
Akatsuki jadi ciut.
Mereka takut Konan—
"BERISIK BANGET LU SEMUA SETAN!"
—meledak marah.
.
.
.
Sunyi.
Senyap.
Hening.
Suasananya garing abis. Gak ada yang mau
memulai pembicaraan, selain karena adegan
marah Konan tadi, mereka takut kena semprot
untuk yang kedua kalinya.
"Eh, bau apaan nih!" Kisame nyeletuk sambil
menutup mulut dan hidungnya pake tangan.
Hening.
"Sumpah, bau!" Kali ini Itachi ikut-ikutan.
"Duh bau apaan ini, gue bisa digorok dewa Jashin
nih kalo bau kayak beginian." Hidan komat-kamit
baca mantra, dengan segelas air putih lalu pasien
disembur! Eh kok malah nyanyi?
"Ini bau-nya beda dari yang lain," Zetsu
komentar. Yang lain ngelirikkin Zetsu dengan
tampang idiot.
Konan yang tadi tenang-tenang aja, kini mulai
terusik dengan bau yang tidak tau asal-
muasalnya tersebut. "Ajegile! Makin bau aja nih!
Pein, menepi dong," Konan merintah. Pein
dengan alis mengkerut Cuma pasrah menepikan
mobilnya.
"Baunya bau aneh, un. Makin bau aja, un."
Deidara menjepit hidungnya kencang dengan
telunjuk dan jempolnya.
"Kayaknya baunya dari Kakuzu-senpai deh,"
celetuk Tobi. Membuat seluruh anggota akatsuki
minus Tobi dan Kakuzu ngelirikkin Kakuzu yang
diem di pojokkan.
"Jangan bilang lu—" omongan Sasori kepotong.
"Gue nggak cepirit ya!" Kakuzu protes. Ditatap
menguliti sama temen-temennya bikin nyali ciut
juga.
Pein menyeringai kalem. Secara tiba-tiba dia
teriak, "PERIKSA KAKUZU!"
Dan dengan dongo-nya, semua anggota akatsuki
—minus Konan yang cuma bisa menghela napas
—mulai ngegerayangin Kakuzu. Eits! Jangan
berpikiran one—two—eightsome dulu loh! Ini
bukan fict yaoi soalnya.
"Apaansih!" Kakuzu protes.
Tobi mengendus-endus kayak babi pelacak, eh
maksudnya anjing pelacak. "Baunya dari sepatu
senpai!" serunya sambil mencoba membuka
sepatu Kakuzu.
Yang lain pasang tampang bloon sambil tetep
ngeliatin dua bocah itu tarik-tarikkan sepatu. Voila!
Pada akhirnya Kakuzu kalah, dan membiarkan
sepasang sepatu baru norak mengkilatnya di
tangan Tobi.
"Bujubuneng! Tuh bau seliwer abis," Itachi
komen sambil grepe-grepe tuh sepatu.
"Kuz, kaki lo bau abizzzzzzh." Kali ini Kisame
yang komentar.
"Lo gak pake kaos kaki ya?" Pein bersuara.
"Ya mau gimana lagi, abis tadi Konan nyuruh
cepet-cepet, ya terpaksa gue gak make sama
sekali." Kakuzu masam.
Konan nyengir awkward. Dia yakin nggak
bakalan ada yang mau nyalahin dia, secara—dia
kan queenkas gituloh.
"Pantesan," Zetsu ngangguk-ngangguk. Mereka
semua memasukkan sepatu Kakuzu kedalam
sebuah plastik dan dilempar begitu saja ke jok
belakang, menyebabkan Itachi ngedumel kayak
emak-emak kalah main lotre.
"Tapi baunya masih ada nih," Konan
menggerakkan tangan didepan wajahnya.
"Buka kaca jendelanya lebar-lebar deh, biar
baunya kebawa angin." Kali ini, solusi Hidan
berhasil. Mereka semua membuka kaca jendela
lebar-lebar, tapi baunya masih seliwer juga.
"Wuidih, solusi lo bagus juge Dan," Kisame
nepuk-nepuk punggung Hidan.
Hidan nyengir kinclong. "Terima kasih atas ilham-
mu, dewa Jashin!" Mulai deh Hidan kumat, sujud
sujud gajelas—kalo emang dia bisa sujud di
mobil.
"Tapi, gue rasa sih masih bau," komentar Sasori
kalem.
Semua anggota akatsuki hening. Minus Kakuzu
yang merasa harga dirinya diinjak oleh teman
satu gengnya. Dia lebih memilih mojok, sambil
ngitungin ada berapa mobil yang lewat dan
ngapalin plat nomernya. Gajelas banget 'kan?
"Tobi punya ide supaya nggak bau lagi!" Tobi
berteriak kegirangan.
"Apaan?" Akatsuki penasaran.
.
.
.
"Gimana? Udah nggak bau lagi 'kan?" Tobi mulai
bersuara.
"Iyasih un," Deidara ngangguk-ngangguk.
Kakuzu yang tadinya masam, makin masam.
Tuh muka mengkerut-kerut kayak keriput nenek-
nenek 80 tahunan. "Gaenak ih," lagi-lagi dia
protes. Kakinya berasa ada kotorannya. Ya
jelaslah, orang tuh kaki ditaburin kopi—tentunya
berdasarkan usulan Tobi. Ya jelas gak enak lah,
apalagi kalau tuh bubuk kopi-nya diseduh—beuh
gak kebayang kopi bau kaki Kakuzu…
Itachi yang emang udah risih banget sama
kelakuan Kakuzu, dengan santai menggaplok
bocah yang duduk disebelahnya itu. "Buat
kebaikan lo juga, Kuz!" ujarnya.
"Dinikmati ajalah," ujar Zetsu kalem. Dia langsung
ciut dapet pelototan dari Kakuzu. Zetsu yang
pada dasarnya gak suka cari ribut dan gak
pengen nyari masalah, pura-pura nggak denger
dumelan Kakuzu dan lebih memilih
menghadapkan wajahnya ke jendela mobil
sambil nyerocos, "Wedeh Ferrari lewat!" padahal
yang lewat bajaj….
.
.
.
Belum setengah perjalanan, anak-anak akatsuki
udah mulai kleyengan. Tuh pala udah muter-
muter kayak ayam disko, tapi matanya setengah
ketutup kayak lampu lima watt. Emang dasarnya
pada kebo, semuanya pada tidur, minus Kakuzu
yang masih ngerasa gondok karena harga
dirinya yang udah diinjek sama temen
segengnya—Pein yang nyetir dan Konan yang
nemenin Pein ngobrol—so sweet….
Kakuzu mulai ngerasa janggal. Dia merhatiin satu
persatu anak-anak akatsuki.
Sasori—tidur ngadep jendela sambil meluk
Barbie.
Deidara ama Tobi saling sender—uhuk.
Kisame sama Hidan malah udah ngorok duluan.
Zetsu kasian, mau tidur, bingung posisinya
gimana. Selonjoran, gak bisa. Senderan, ribet.
Tengkurep, apalagi. Serba salah amat tuh
makhluk…
Itachi yang duduk disebelahnya menggeliat. Geli
liatnya, kayak ulet yang di iklan 'pucuuuuk,
pucuuuuk' bedanya, Itachi nggak bilang 'pucuk'.
"Chi," Kakuzu noel Itachi disebelahnya.
"Diem lu, Kuz!" Itachi sewot. Masalahnya Kakuzu
noelnya dengan tidak berkeperi-Kakuzu-an.
Orang mah noel tuh maksudnya colek dikit, ini
malah ngegampar. Jelaslah Itachi sewot abizh.
"Chi, tolongin gue. Plis. Darurat." Kakuzu melas.
Dia ngeraba-raba kantong celananya, saku
bajunya, tapi tetep nggak menemukan apa yang
dia cari.
Itachi yang agak kasian—sedikit kasian loh ya,
sedikiiiiiiiiit—tergerak hatinya. Dia noleh ke Kakuzu
dan mendapati tuh mata duitan tengah kelabakan
menggeledah dirinya sendiri. "Ngapain sih lo?"
"Chi, duitnya ketinggalan."
Jeger!
Mampus lo Kuz, diapain lo entar ama Konan…
.
.
.
Itachi saling pandang sama Kakuzu. Jangan
mengharapkan adegan romantis, karena emang
ini sama sekali nggak romantis. Mereka
berpandangan kayak adu pelototan. Lirik kanan
lirik kiri kayak maling mau nyebrang di zebra
cross.
"Terus gimana dong?" Kakuzu kalap. Dia takut
disate sama Konan.
"Ya gak gimana-gimana, itu urusan lo." Sahut
Itachi santai, lalu dia menghadap ke jendela.
Kakuzu dengan muka melas nyaris mau nangis
cuma berharap mereka nggak jadi ke Terans
Setudio dan balik lagi ke basecamp.
"Konan," Kakuzu memanggil Konan dengan lirih.
Itachi ngelirikkin. Kakuzu rasanya pengen
ngegelundungin Itachi dari bukit teletubbies,
soalnya udah si Itachi udah mah nggak mau
bantuin, ngelirikkin sinis pula. Dasar tidak
berperike-Itachi-an-_-
Konan menoleh ke Kakuzu. "Kenapa Kuz?"
Kakuzu keringet dingin. Dia mencoba
mengumpulkan keberaniannya. "Jangan marah
ya," Kakuzu menelan ludah.
"Kenapa sih Kuz? Muka lu pucat tuh," Konan
mencoba sabar. Pein ngelirikkin dari kaca, takut-
takut si Kakuzu ngeflirt ke Konan—sang lovely-
nya.
"Em—, gue…gue—" kata-kata Kakuzu kepotong.
Padahal bibirnya udah manyun-manyun minta
disosor.
"Apaansih, cepetan ngomong! Lu bisa ngomong
'kan? Jangan bilang lu lulus TK gambreng, jadi
gagap begini?" Konan malah nyela. Emosinya
udah sampe ke ubun-ubun.
Kakuzu meneguk ludahnya. Kali ini dia ingin
serius, "Konan—gue lupa bawa duit."
Skak mat!
.
.
.
"PUTER BALIK! PUTER PUTER PUTER CEPET,
PEIIIIIN!" Konan teriak rusuh. Ngebangunin
semua anggota akatsuki yang lain. Dia nyuruh
Pein puter balik ke markas.
"Apaan sih un, berisik bener un, kenapa sih
Konan, un?" Deidara yang paling pertama
nyerocos. Dia mengelap iler disudut bibirnya.
"Diem lu semua, jangan ada yang ngomong!
Pein, buruan! Lo bisa nyetir mobil gak sih?"
Konan mulai menyemburkan lavanya. Mau gak
mau akatsuki diem. Pein apalagi, yang sering
kena damprat.
"Kenapasih Chi?" Zetsu penasaran—dia bisik bisik
sama Itachi.
"Kakuzu lupa bawa duit," Itachi dengan santai
ngejawab.
"APA?" Hidan dan Kisame kompakan teriak.
"Lu berdua kenapasih? Tadi 'kan udah gue bilang
diem, lo berdua malah nyerocos. Belom tau ya
Konan lagi ngamuk tau," Sasori ngedumel.
"Konan, kita nggak jadi ke Terans Setudio nih,
un?" Deidara nanya dengan suara yang diimut
imutin persis kayak marmot kejepit setrikaan.
Konan menoleh. Kemudian nyengir, akatsuki
langsung merinding. Bulu idung mereka berdiri
semua. "Nggak, hehe."
"SEMUA INI GARA-GARA, KAKUZU YANG BAU
KAKI DAN LUPA BAWA DUIT!" Pein yang
awalnya merasa sabar, akhirnya gak tahan dan
meluapkan kemarahannya.
"Gebukin yuk," Hidan udah ancang-ancang
pengen gebukin Kakuzu.
"Yuk!" Disambut anggukkan akatsuki yang lain.
Kakuzu mengkerut dipojokkan, siap-siap pulang
tinggal nama—eh bukan nama doang, tinggal
huruf 'K' doang di namanya dia.
Yaaaah, ini bisa dibilang pelancongan akatsuki
nggak? Dan juga, semoga bau kaki Kakuzu nggak
sampe rumah kalian ya^^;

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo