"Ayolah, Sasuke-kun!" bujuk kunoichi berambut
bunga sakura itu, sambil dengan manja
mengamit lengan sang suami -yang sedang
asyik menonton acara seputar olah raga
favoritnya, di ruang keluarga.
"Tidak." sahut Sasuke datar.
Sakura mengernyit, kemudian kembali menatap
suaminya dengan tatapan memohon, "Sasu-
kuuuunn..." rajuknya lagi.
"Tidak."
"Sasu-saaaaan," panggil Sakura (lagi) dengan
nada menggoda yang super manja.
'Krik...krik...krik,' respon dari jangkrik Aburame
Shino -yang entah kenapa bisa nyasar ke
kediaman Uchiha. Disusul respon familiar dari
Sasuke; "Hn?"
"Aku mau..."
" ...-Tidak," potong Sasuke cepat, sementara
mata onyx-nya masih tetap fokus pada layar
televisi.
Sakura manyun, "Sasu-pyooon," bujuk Sakura
(lagi) dengan suara yang mengalahkan
kemerduan suara Syahrini dan Ashanty (?) tapi
apa mau dikata, Sasuke sepertinya lebih tertarik
dengan suara host cewek di televisi, ketimbang
Sakura, hingga kali ini tak ada respon.
"Sasu-koi."
"..."
"Sasu-Sama."
"..."
"Sasuke tampaaaan, kayak nampan dibelah
delapan."
Sakura tersenyum. Sasuke menoleh, sebelah
alisnya terangkat mendengar celotehan sang istri,
"Berisik!" responnya kemudian kembali asik
dengan acara kesayangannya di televisi.
Ya Tuhan, suami macam apa ini?
"Sasuke-kun, aku ngidam!" ketus Sakura mulai
kesal, karena sejak tiga puluh menit yang lalu
Sasuke masih belum mau mengabulkan ngidam
pertama-nya. Hei Uchiha, bukankah kau sudah
berjanji untuk menjadi tipe suami siaga (siap
antar jaga)?
"Aku tahu," jawab Sasuke santai.
"Lalu kenapa kau tidak mau mengabulkannya? ini
anakmu baka!"
protes Sakura mulai geram.
"Iya aku ingat, aku yang membuatnya," sahut
Sasuke cuek , dan masih asik dengan acara
sportnya di televisi. Masih acuh juga?
"Sasuke-kun aku ngidam, dan ini anakmu,"
geram Sakura sambil menunjuk perutnya sendiri
yang belum membuncit -karena usia kandungan
yang baru tiga minggu.
"Lalu?" tanya Sasuke sambil menoleh ke arah
Sakura dengan wajah tanpa dosa.
Ya Tuhan, untuk kali ini Sakura hanya bisa
mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia bisa jatuh
cinta pada si bungsu Uchiha yang super cuek
dan stoic seperti ini? Apa gunanya jabatan
sebagai pemimpin anbu, dan juga kekuatan
besar yang dimiliki klan Uchiha, kalau
mengabulkan ngidam istrinya saja ia tidak bisa.
"Tanggung jawab!" hardik Sakura.
Sasuke memutar bola mata bosan, "Kita sudah
menikah Sakura."
"Turuti ngidamku!" paksa-nya lagi, kali ini
kesabaran murid didikan Hokage kelima itu,
sepertinya telah habis.
"Tidak, kalau kau mau berhenti ngidam tuk
membawa Akasuna Sasori ke mari," dengus
Sasuke sambil menatap istrinya tajam.
Ngidam Sasori?
"Apa boleh buat? aku ngidamnya itu kok, turuti!"
"Tidak!"
Sakura cemberut, ia tidak tahu harus bagaimana
lagi untuk membuat Sasuke menuruti ngidam
anehnya kali ini. Mata emeraldnya-pun mulai
menggenang oleh air.
"Sasuke-kun, turuti," rajuk Sakura lagi, sambil
menghampiri Sasuke yang beranjak tuk
mematikan televisi.
"Tidak." jawab Sasuke dengan nada bosan,
sambil beranjak ke dalam kamar. Dan dengan
diikuti Sakura tentunya.
"Hiks..."
Sakura menangis? Sasuke mendesah pelan,
sambil memutar tubuhnya menghadap sang istri
yang manjanya sedang kumat.
"Saku-"
"Mana janji manismu? Mencintaiku sampai mati,
kini engkau-pun pergi, saatku terpuruk sen-..."
"Cempreng! Sakura," dengus Sasuke sebal
memotong syair dari lagu 'Sang Mantan' (Nidji)
yang dilantunkan Sakura.
'Menyebalkan,' batin Sasuke sambil menjatuhkan
dirinya di atas tempat tidur. Kebiasaan
mendramatisir keadaan istrinya sedang kambuh.
"Hiks, terang bulan terang di kali, buaya muncul
di sangka mati, jangan percaya mulut Sasuke,
berani sumpah takut mati," sindir Sakura dengan
pantun, sambil duduk di samping tempat tidur
Sasuke.
Sasuke tertohok.
Sejak kapan Sakura belajar pantun? apakah
sekarang sudah ada ninja sastra? ataukah ninja
medis sekarang sudah diajari pelajaran sastra?
"Apa mau-mu, Sakura?" geram Sasuke benar-
benar kesal, kini ia sudah mengubah posisi
tidurnya menjadi duduk berhadapan dengan
Sakura.
"Sasori!" jawab Sakura mantap disertai cengiran
lebarnya.
What? Sasori (lagi)?
Tuing!
Satu kedutan muncul di kepala ayam Sasuke, kali
ini ia benar-benar marah. Kesal, cemburu, sebal,
terganggu, semua menjadi satu.
Yang pertama, kenapa Sakura harus ngidam
cowok? Jelas-jelas Sasuke suaminya jauh lebih
ganteng. Dan yang kedua apa wanita itu sudah
lupa? kalau Sasori si anggota Akatsuki yang
punya tampang baby face itu sudah mati di
tangan Sakura sendiri. Apa ngidam sudah
membuat otak Sakura konslet?
"Sasuke-kun, aku mau Sasori,"
"Sakura..."
"Sasori!"
"Sakura."
"Sasori!"
"Arrggh!" jerit Sasuke frustasi sambil menjambak
rambutnya sendiri, "SAKURA, SASORI SUDAH
MATI!"
Siiiing.
Sakura membeku di tempat, mengkeret melihat
kemarahan Sasuke, sambil otak berkapasitas
mediumnya mencoba mencerna perkataan
Sasuke.
"Benarkah?" tanyanya dengan wajah yang
berubah sedih. Sasuke gemas.
"Kau sendiri yang membunuhnya, dalam misi
menyelamatkan Gaara dari Akatsuki!"
Sakura terhenyak, ia tediam, mencoba
mengingat kejadian pertarungan di dalam goa
(markas Akatsuki) yang menewaskan nenek
Chiyo dan Sasori.
"B-benar juga."
"Hn?" Sasuke menyeringai melihat ekspresi
blo'on istrinya.
"A-aku i-ingat, S-Sasori memang sudah mati,"
gagap Sakura sambil menggaruk kepalanya yang
tak gatal, mulai merasa tak enak dengan aura
yang dikeluarkan Sasuke.
"Hn."
"Sas, maaf."
"Hn?"
"M-maaf-kan aku," ulang Sakura lagi.
Sasuke menyeringai, "Iya, tapi tidak semudah itu
dear."
Mata giok Sakura membulat lebar, menyadari
perubahan warna mata sang suami.
Dan...
.
.
.
"Mangekyou sharinggan."
GUBRAK!
Tubuh Sakura mendadak roboh menimpa
Sasuke yang duduk di atas tempat tidur.
"Sebagai calon ibu yang baik, kau harus banyak
istirahat dan jangan ngidam yang aneh-aneh lagi,
Nyonya," gumam Sasuke entah pada siapa,
sambil tersenyum memainkan anak rambut sang
istri.
1 komentar:
hey,yama-kun :) :) :)
Posting Komentar