Chapter 1, kerusuhan dimulai…
Happy reading^^V
…
Kukuruuyuukk... itu suara ayam berkokok bukan
suara perut author yang laper. Meski author
memang laper (readers: gak ada yang nanya.
Hikari: *pundung di goa akatsuki*). Ayam
berkokok berarti udah pagi, udah pagi berarti
mataharinya udah bangun, dan –mestinya-
semua makhluk hidup juga bangun.
Namun tidak seperti makhluk normal lainnya, di
sebuah gua reot tempat sekumpulan makhluk
halus nan gaje bersarang *author digorok*,
sedikitpun tak ada tanda-tanda kehidupan.
…
Tiga jam kemudian setelah penjelasan author
tadi, akhirnya ada juga yang udah bangun.
"Ngeehh, sudah pagi ya un? kaki siapa ini un?"
salah satu makhluk nista yang-author-sendiri-
tidak-tau-apa-gendernya berujar. Deidara berbalik
arah melihat siapakah orang yang seenak
jidatnya memeluk tubuh sexynya *?* pake kaki
pula.
Segaram kuno khas pengkut aliran akatsuki,
chek.
Kaki berkaus kaki kumel, chek.
Rambut item jabrik, chek.
Topeng aneh dengan bentuk lollypop, double
chek.
Twich.
"TOBI AUTHIS NGAPAIN KAMU DI SINI UN?
PAKE MELUK LAGI UN." Deidara murka.
"Oammm… Tobi anak baik, bukan anak autis
senpai..." Tobi yang baru bangun protes. Kakinya
yang masih setia mejeng di pinggang Deidara
dengan posisi kepala di bawah kaki Deidara
keliatan cuek banget dan udah biasa kena sembur
senpai-kesanyangannya- satu ini.
"Bodo amat, sekarang gua tanya ngapain lo di
kamarku un? Keluar un!"
"Oh itu. Ano senpai semalam lampu kamar Tobi
mati. Tobi anak baik takut gelap, jadi Tobi milih
tidurnya bareng senpai aja deh." Tobi innocent.
Kalo aja ini di anime pasti empat siku-siku
berwarna merah udah bersarang di jidat Deidara,
sayangnya ini Cuma fic gaje karya author gaje
pula.
'Hufs, sabar… sabar Deidara, sabarrr...' batin
Deidara mengingat serangan jantungnya yang
bisa kumat kapan saja *author di bom Deidara
karna menyebar fitnah*. " Yaudah sekarang lo
keluar sana un!" Perintah Deidara ketus.
"Tobi anak baik masih ngantuk Senpai, perginya
nanti saja setelah ngantuk Tobi ilang." Tobi
kembali berbaring.
"Ngak bisa un, pokoknya sekarang juga lo harus
keluar un..." Deidara mencak-mencak, "Atau gua
ledakin," kali ini nada bicara Deidara terdengar
mengancam. Tobi nelen ludah, "Se-senpai..."
Tobi ketakutan.
"Apa?"
"Un_nya kelupaan." Jawab Tobi pelan
"Un."
_GUBRAK_
"Udah un, sekarang juga lo keluar un!" Deidara
treak-treak di pintu kamarnya, ia membuka pintu
kamarnya dan menunjuk ke arah luar kamarnya.
"Tobi keluar!"
"Woy berisik tau!" BUAGH, entah emang nasip
Deidara yang apes atau takdirnya lagi di otak-atik
ama Dewa pembawa sial, yang jelas sekarang
Deidara lagi kena dapet bogem mentah dari
sandal tidur Kisame yang berbentuk ikan hiu
mirip si empunya.
"Wuih,senpai hebat. Tepat sasaran, entar ajarin
Tobi ya senpai!" Tobi sumringah. Kisame nyengir
hiu, kepala Deidara makin panas, cocok banget
kalo buat goreng telur(lagi-lagi hiks, author di
bom).
Yah, pokoknya kayak gitulah hari-hari ngak
penting yang dilalui para anggota akatshuki
secara ngak elit setiap pagi menjelang, oh atau…
bisa di bilang siang.
"Bosen un, tiap hari gini-gini mulu." Keluh
Deidara disela-sela sarapan mereka, atau lebih
tepat di sebut sarapan di siang bolong.
"Emang mau lo apaan sih! Banyak amat
maunya." Leader mesum angkat bicara.
Tobi angkat tangan mirip anak teka yang lagi di
absen, "Leader-san, leader-san, Tobi mau
lollypop..." Si authis ngomong. "yang gede!"
imbuhnya antusias.
"Cih, siapa yang nanya ama elo sih 'authis'."
Deidara sewot.
"Hiks.. Hiks, Dei-senpai jahat. huaaaaa..." Tobi
mulai lagi, para Akatshuki pada sweatdrooped
rame-rame.
"Tobi anak baik jangan nangis, nih senpai kasih
uang buat beli topeng lolly baru" Zetsu ngeluarin
uang 50 ribuan. Tobi berhenti nangis dan nyaris
mengambil uang itu, tadi kan author bilang
'nyaris' jadi belum sempat ia pegang secuilpun,
soalnya udah disambar duluan ama Kakuzu.
"Utang lo yang kemarin belum lunas, trus yang
kemarinnya juga belum.. ah yang kemarinnya
lagi juga, dan yang waktu itu..." jari-jari Kakuzu
mulai berfungsi sebagai kalkulator dadakan.
"Perasaan seminggu yang lalu kita Cuma pinjam
5000 doang deh, kok bisa jadi sebanyak itu?"
gumam Zetsu hitam. "Ia, itupun juga Cuma buat
bayar tagihan tinggal di sini." Zetsu putih
nambahin.
"Yaah soalnya setiap pinjaman gue kasih bunga
100% per hari." Kakuzu tertawa nista. Para
akatsuki nelen ludah, kecuali Konan (soalnya
Konan ngak pernah pinjam uang sama Kakuzu
karena udah tau konsekuensinya).
'Waduh 1 bulan yang lalu gue pinjam Rp 50.000
lagi sama ni'orang, berarti...' Pain hampir saja
kena serangan jantung. Tapi dia sengaja masang
muka datar walaupun keliatan banget
sengsaranya.
'Hilang sudah rencanaku buat beli krim anti
keriput.' Itachi mewek gaje dalam ati.
'Hiks... gagal deh beli Barbie baru' Sasori meratapi
nasipnya.
'Tobi anak baik ngak suka ngutang, tapi Cuma
pinjem.' Bahkan dalam keadaan kayak giniun
Tobi masih bisa mikir kayak gitu.
'DUIT.. DUIT.. DUIT..' Kisame pundung sambil
ngubek-ubek air di dekat akuariumnya mirip lagu
jadul yang sering di nyanyiin J*shua, 'di obok-
obok, comberannya di obok-obok'.
'Semoga dewa Janshin mengampunimu Zu.'
Hidan geleng-geleng kepala sambil mainin tasbih
gede di tangannya.
'LEDAKIN KAKUZU!' Deidara berkoar-koar dalam
hati, tangannya udah terkepal erat dengan urat di
sekitar keningnya.
Keadaan meja makan tiba-tiba sepi, Cuma ada
suara jangkrik dan tokek… belang? Hingga
akhirnya...
BRUUGH.. JDWAARRR... PLENTANGG...
GREEAAAKG... Dan suara-suara aneh lainnya.
Para Akatshuki sweatdroop berjamaah.
"Wooy berisik... duh Deidara jangan ledakin
markas kita LAGI." Teriak sang leader, merasa
namanya di singgung Deidara nyolot.
"SUDAH MESUM, BUTA LAGI. NGAK LIAT GUE
DISINI." Deidara treak.
Trus dengan tampang polos(He?) Pain cuman
ber-ooh ria. "Lha, kalo bukan Dei-baka trus siapa
dong?" kayaknya Kisame nyari gara-gara ama
Deidara.
"Weh hiu darat ngomong apa lo barusan?"
Deidara mulai kepancing (Emang ikan?).
"E-eh ngatain gue hiu darat, dasar banci ngak
laku."
"Jyaah.. iwak peyek…iwak peyek.." Deidara
nyanyiin lagu dangdut yang lagi buming-
bumingnya dengan pergelangan tangan
memutar di atas kepala dan kaki yang di naikkan
ke atas meja. (sarap nih bocah#digamar Deidara)
"Gulali basi,"
"keong racun,"
"seniman ancur."
"Berani lo ngatain seni fantastis gue," Ucap
Deidara PD dengan taraf tingkat tinggi, lalu
menggubrak meja makan. "Kalo ia kenapa?"
Kisame menantang, ikut berdiri angkuh.
"sini lo kalo berani!" Deidara menarik lengan baju
persatuan Akatshukinya yang telah di patenkan
oleh Kakuzu sebagai pakaian ramah lingkungan
dan ngak pake biaya besar (ya iyalah, orang usut
punya usut ternyata bahan yang di pake Kakuzu
itu hasil limbah karung bekas yang dia dapet
waktu kerja jadi kuli).
"Lo aja yang kesini!"
"Elo-"
"CUKUP." Pain treak, semua sunyi lagi. "Oke dari
pada kalian ribut, mendingan sekarang kalian cek
apa yang terjadi di luar sana! " perintah Pain
tegas. Dengan tampang merengut keduanya
nurutin perintah sang leader.
"Sanpai, Tobi anak baik mau ikut!" Tobi angkat
tangan dengan wajah ceria di balik topengnya
mirip anak TK. "Ngak usah!" keduanya jawab
dengan nada sangar.
Si aut- eh salah si Tobi langsung lemes,
terdengar desahan "yaah" yang ngak
bersemangat dari Tobi.
Kriiikk… kriiiikk… kriikkk…
"Duh, tuh duo bocah lama amat sih?" gerutu Pain
yang mulai bosan. Gak mendapat respon dari
para bawahannya, Pain tengok kiri –kanan
memastikan keadaan temen-temennya.
TWICH.
Lagi-lagi, author harus bilang kalo aja ini sebuah
anime, maka akan muncul empat siku-siku di
kening Pain. Bayangin aja, sang ketua alias Pain
tengah menghawatirkan *?* kedua bawahannya,
lha… para anggota lainnya malah tengah asik
dengan kesibukan masing masing.
Konan, Kakuzu dan Itachi lagi asik maik kartu.
Tobi dan Sasori malah keenakan main barbie
punyanya Sasori. Kalo Hidan lain lagi, si penganut
agama sesat itu malah lagi khusuk berdoa sambil
bakar kemenyan.
"Woi… sebenarnya gue di anggap apa sih di
sini?" teriak Pain frustasi. Semua Cuma ngeliatin
Pain sebentar dengan tampang polos, trus
kembali ke kegiatan semula seolah ngak ada yang
terjadi. "Okeh, biar gue yang periksa sendiri."
Ujar Pain akhirnya dengan tampang super bete.
"Hati-hati ya leader-san!" ujar Tobi sambil lambai-
lambai gaje.
"Jangan lupa, kalo balik bawain gue kembang
tujuh rupa!" setelah ngomong, Hidan kembali
komat-kamit ngak jelas.
"Yang, aku mau di bawain cemilan ya. Oh ya,
jangan lupa minumannya sekalian!" ujar Konan
dengan suara semanis mungkin tapi masang
muka ngencem yang sukses membuat Pain
nelen ludah.
"Kita juga dong!" Sasori dan Kakuzu treak
bebarengan. "Tapi yang gratisan!" tambah
Kakuzu.
"Kalo Tobi mau_"
"WOI!" teriak Pein makin frustasi.
"Ck, tuh dua mahluk pada kemana sih? Yaoi-an
apa?" ucap Pein malas. Ini-nih ngak enaknya jadi
Leader para akatshuki yang di ragukan
kewarasaannya oleh dinas kesehatan setempat.
Julukannya sih 'Leader.' Tapi, tugasnya malah
beralih dari ketua bertransportasi menjadi upik
abu.
Ngak seberapa jauh dari dapur yang ngak kalah
reot, Pein akhirnya nemuin dua orang yang sejak
tadi di carinya lagi jongkok di bawah kolong meja
dapur mirip orang lagi buang ti*beepp*nja. Ngak
tau lagi ngapain, soalnya ketutup rambut pirang
ngejreng punya Deidara.
"Hoi, kalian lagi ngapa…"
"Sshhtt…" Deidara dan Kisame meletakkan
telunjuknya di dekat bibir meminta Pein untuk
diam.
"Pa…in?" Pein ngeliatin objek yang sejak tadi jadi
pusat perhatian Deidara dan Kisame. "Wo-
woah… anak siapa ini?" teriak Pain yang sukses
ngebuat bayi yang tadi lagi bobok kebangun dan
akhirnya nangis –kenceng banget- sampai
kedengeran anggota lainnya.
"Tuh kan bangun un!" Deidara nutup telinganya
ngak tahan dengerin tangisan sang bayi. "Leader
sih!" tuduh Deidara sambil nunjuk idung Pain
yang penuh pearching.
"K-kok gue?"
…
"Duh, apaan sih ribut-ribut? Dan, ya tuhan anak
siapa ini?" Konan yang lebih dulu datang semakin
ngebuat suasana tambah rame mirip suporter
bola.
"Ada apa? Ada apa?" yang lain ikutan gabung
sambil histeris. "Gempa ya? Ato Tsunami?"
Goa reot, dapur ancur, keadaan gaduh, Tobi
yang ngak sengaja mecahin patung hasil karya
Deidara yang mencak-mencak karena karyanya
kini berubah jadi pecahan ngak berguna dan..
seorang bayi yang nangis kenceng.
Wah bener-bener bencana nih!
TBC
2 komentar:
hahaha, lucu banget
Eh,tbc=to by continue,kan &aku suka kalo dei-shin(nama panggilan sendiri)dapet banyak dialok,tapi sasorinya dikit tapi gpp,aku. Juga ga terlalu suka saso,
Posting Komentar