Di sebuah rumah megah yang sudah terlihat tua,
hiduplah sekelompok ninja berbakat (dari
hongkong) yang sedang berkumpul di ruang
tengah yang cukup luas, dalam kurung sudah
diporak-porandakan oleh sang Leader dan sang
autis berlebihan. Yah, karena pertarungan mereka
tadi berangsur pada pertengkaran para teman-
temannya yang saling mendukung jagoannya
masing-masing. Pandangan mereka sudah
lumayan kendur dengan arti –ogah ngelemparin
barang-barang dan akhirnya nanti bakal disiksa
oleh Kakuzu- , yah, memang Kakuzu sempat
ngoceh ria saat teman-temannya yang (sangat)
brandalan telah melempar barang-barang
elektronik sekedar mendukung jagoannya
masing-masing.
"Hahahaha ... Leader, jangan coba-coba
melawan Tobi!" kata salah satu anggota Akatsuki
yang memakai topeng oranye. Suasana hening
seketika.
"Aku tidak peduli, yang aku pedulikan adalah
bagaimana cara mengalahkanmu, Anak Baek!"
balas Pein sengit. Manusia di depannya yang
memakai topeng oranye hanya tertawa lepas.
"Kau sudah tahu dari dulu bahwa melawanku
adalah kesalahan terbesarmu, Leader!"
"Sudah kubilang aku tidak peduli," balas Pein lagi.
Para anggota Akatsuki lainnya akhirnya hanya
duduk-duduk males di sofa nungguin
pertarungan dari Pein vs Tobi dengan mata mulai
terpejam sambil menguap, setelah kecapaian
membanting dan melempar barang-barang
elektronik sehingga Kakuzu sempat mengamuk.
Itachi sibuk nyisir rambut pake jemari, Konan
sibuk melipat kertas origami, Hidan masih
dengan ritual anehnya (yang sekarang sedang
memakai bangkai tikus sebagai korbannya),
Deidara udah ngiler, Zetsu masih setia melihat
pertarungan sengit antara Pein dengan Tobi,
Kakuzu sibuk menghitung anggaran yang
dikeluarkan selama seminggu, Sasori sibuk
mengerjakan PR akuitansi yang harus
dikumpulkannya besok (sudah jelas bahwa
Sasori melakukan kesalahan sehingga dia
mendapat PR aneh dari guru killer). Lalu, apa
yang sebenarnya terjadi di sini?
"Hoamm, sampe kapan kalian mau bertarung,
hah?" tanya Hidan yang udah berdiri mau ke
kamarnya. Kakuzu masih sibuk ngehitung
anggaran belanja hari itu, sementara Konan
dengan manisnya sudah berganti tugas -masih
setia duduk di samping Deidara yang udah tidur
dari tadi-, tetapi tetap dengan pekerjaan melipat
origaminya.
"DIEM LU!" tereak Pein dan Tobi bersamaan,
sampai membuat Hidan kalang kabut dan
langsung terdiam tak berani menjawab.
Pein masih sibuk berpikir, bingung dengan apa
yang akan dia lakukan selanjutnya setelah dia
terdesak seperti berada di ujung jurang kematian
yang di bawahnya sudah menunggu magma
cair di neraka. Ooh, ckckck ...
"Gimana nih?" bisik Itachi ke Sasori. Yang ditanya
hanya mengangkat bahu pasrah. "Aku serahkan
semuanya pada Leader. Dia pasti bisa
menghadapi Anak Baek semacam Tobi,"
jawabnya dengan penuh harap, disertai helaan
napas dari semua anggota Akatsuki minus
PeinTobi.
"Gue berani taruhan kalo si Pein mesti kalah!"
sambut Zetsu hitam.
"Yah, sebenernya gue agak bimbang, tapi buat
yang satu ini gue setuju dah sama lu," balas
Zetsu putih pasrah.
"Ok, taruhan berapa nih?" tanya Hidan yang
mulai ikut-ikutan. "Hoi, gue ikut!" tereak manusia
bercadar yang lebih mencintai uang
dibandingkan wanita, yap, dialah Kakuzu.
"Gue taruhan kalo Pein yang bakalan menang.
Dia kan kuat!" kata Sasori membangga-
banggakan si Leader mesum itu. "Gue setuju tuh
un ..." dukung Deidara yang barusan bangun
gara-gara denger Pein dan Tobi yang tereak tadi.
"Gue juga percaya kalo Pein yang bakal
menang," dukung Konan. Yah, sudah diketahui
apa alasannya kenapa dia memilih Pein.
"Yap, jadi gue yang milih Tobi. Loe pilih apa
Dan?"
"Gue pilih Tobi aja deh."
"Gue juga."
"Gue juga."
Nah, sekarang yang memilih Pein adalah Sasori,
Deidara, dan Konan. Sementara yang memilih
Tobi adalah Hidan, Itachi, Zetsu, Kakuzu, dan
Kisame.
"Berani berapa?" tantang Kakuzu.
"5000 yen dah ..." jawab Konan pasrah. Tumben
dia baik mau memberikan 5000 yen. Hahahha ...
"Ok!" sambut Kakuzu senang. Akhirnya gue bisa
dapet uang juga ... batin Kakuzu disertai tawa
laknat darinya.
Nah, sekarang yang dipertanyakan adalah,
kenapa para anggota lain hanya bersikap acuh
sementara percakapan antara sang Leader dan
sang Autis itu terlihat sangat frontal?
Dua buah kubus kecil menggelinding ke tengah-
tengah arena pertarungan. Dan kemudian
berputar-putar lalu ...
"ARRRGHHH!" Pein mengacak-acak rambutnya
dengan garang. "KENAPA HARUS SEPERTI INI?"
dengan terpaksa, Pein maju 4 langkah. Tobi
tersenyum licik sambil ngejilat lolipop-nya (?).
Dan ...
"YEE! Tobi menang lagi! Yee ... Sudah kubilang
kan, Tobi itu bakalan menang walau pun sama
Leader!" sorak Tobi begitu pion milik Pein
berhenti tepat di atas gambar sebuah bangunan
dengan tulisan 'Amerika Serikat'.
"YES! Gue menang taruhan. Hahahha ..." tawa
Kakuzu, menyerobot uang yang lagi dipegang
Konan dengan paksa, membuat satu-satunya
gadis di kelompok Akatsuki itu kecewa berat
dengan kekasihnya. Sasori menghela napas
pelan. "Yah, sekarang gue tau sebabnya kenapa
Tobi gak nolak ditantang main monopoli bareng
Pein," ucap Sasori nafsu. Anggota lain yang
mendukung Pein hanya menghela napas pasrah.
"Mau gimana lagi un, Tobi udah menang un,"
sahut Deidara. Konan mengangguk penuh
KEKECEWAAN.
"Leader janji kan mau beliin Tobi 10 karung
lollipop? Janji kan? Janji kan? Tobi kan anak baik,
Tobi itu anak baik," kata Tobi penuh keceriaan
dengan autis yang berlebihan.
Pein terpaksa mengangguk dan segera
menyerahkan 10 karung lollipop yang sengaja ia
simpan dari dahulu sekedar untuk jaga-jaga (?).
Konan menyerahkan 5000 yen ke Kakuzu de ka
ka yang mendukung Tobi. Sasori dan Deidara
beruntung karena mereka tidak taruhan apapun.
Mereka hanya melihat ke arah dua temannya
yang menjadi 'korban' pemerasan hak asasi
manusia (?).
1 komentar:
Kayanya aku pernah bava fic kaya gini persiicc...tapi lebih panjang,ada duel member yg lainnya,tapi lupa jufulnya|aku ga bemaksud bilang cerita in ngopi tapi (walau dikit)|
Posting Komentar